Pages

Sunday, October 16, 2011

SebelumPagelaranSeniCitraSmanti

Beperapa hari yang lalu aku dateng ke PSCS:PagelaranSeniCitraSmanti. Sebagai anak Smanti yang baik dan gawl, pastinya ikut dong. Acaranya menyenangkan. Tapi sebelum hari menyenangkan itu terjadi ada sebuah perjuangan yang mengharu biru: Menjual tiketPSCS.


Well, setiap siswa secara paksa dikasih kuitansi yang menyatakan telah menjual tiket kepada pembeli *iyalah!. Setelah itu terserah tu tiket mau disimpen, dipake gajnel pitu, atau buat lap ingus it’s up to us. Pokoknya, siswa yang sudah-secara-paksa-dapet-kuitansi harus balikin tu kuitansi lagi berupa duit 15.000. Kalau pembaca ga bego bego amat, itu artinya kita membeli tiket secara paksa.


Akhirnya keinginan untuk ganjel pintu lemari harus diurungkan.


Digantikan dengan suatu pernyataan: Aku nggak mau rugi! Aku harus jual kuitansi ini apapun yang terjadi! Merdekaa!! *urat urat leher pun seketika bermunculan


Aksi pertama yang aku lakukan adalah: SMS temen SD dulu.

Rek mau dateng PSCS? Kalo mau, beli o tiket di aku. 15rb doang... GS-nya Netral lhoooooo........

Gebleknya, temen – temenku ini pada nanya, “PSCS itu apa?” Setelah itu, semuanya takjelaskan dengan segenap jiwa dan raga. Ngabisin bonus SMS ke semua nomer yang tak kirimin. Dan ujung – ujungnya mereka ga beli tiket dengan alasan; “Aku mau lomba jadi gabisa.” Atau “Aku gaboleh pulang malem – malem sama ortu.” Dan yang paling menyakitkan adalah mereka ga mau bales SMS lagi setelah tak jelaskan panjang lebar tentang PSCS. T_T


Tenang, jangan patah semangat. Saatnya melakukan aksi selanjutnya: SMS temen SMP dan sodara – sodara sepupu. Karena bonusan SMS udah mau abis, aku smsnya singkat, padat, jelas, berisi.

Rek yang mau dateng PSCS belio tiket di aku 15rb.

Dan SMS balasan pun berdatangan.
Aku udah dikasi temenkuu
Aku udah belii
Udah punya
Aku di Surabaya masa mau liat PSCS??
Kalo 10rb aku beli
Aku nggak ada tebengan pulaaang
Kalo si A beli tiket aku beli juga
etc.

Hopeless deh. Rasanya kayak udah ngoleksi gebetan, tinggal diembak doaangg. Tapi ujung – ujungnya ditolak. Pernah ngalami penolakan massal nggak? Lha ini contonya. *tunjuk diri sendiri


Keesokkan harinya, keajaiban terjadi. Diani, salah satu temen yang nolak tiket PSCSku sms, “Em, temenku mau pesen 2, bisa?”


Rasanya pengen lompat heeee.... Rasanya pengen neriakin persis di kuping temen – temen sekelasku gini, “Tiketku laku woooyyyyyyy!!!” Setelah itu lari keliling lapangan sepakbola satu putaran. Puas.


“Oh ya, bisa banget!”


Akhirnya tiketku terjual. Aku tidak akan rugi. Ha! Camkan itu, Pak SKJ!


Malemnya, Mbak Mira, sepupu yang dulu juga menolak tiket PSCSku sms, “Em aku pesen 4 tiket.”


Tapi besoknya dia bilang, “Em pesan 6 tiket bisa?”


Agak siangan dikit dia sms, “Kalo pesen satu tiket lagi bisa? Jadi 7.”


Malemnya lagi dia sms, “Nggak jadi deh, Em. 6 tiket aja,”


Ternyata seseorang bisa jadi semacam agak tewur karena PSCS. Salut dan makin cintah dech cama cemanti. Muacchh. *kisbye dari jauh


Singkat cerita, semua sudah mendapatkan tiket masing – masing.


See? Dari sekian banyak penolakan, ternyata sebenernya masih ada harapan, lho. Buktinya sekaang aku berhasil jualin 9 tiket. ;7


Iyalah, seseorang yang abis nolak sesuatu itu biasanya masih kepikiran tentang apa yang baru dia lakukan. Misalnya Diani. Setelah nolak tiket, dia pasti kepikiran nasib seorang gadis manis tak berdosa yang berusaha bertahan hidup dari sebuah tiket. Jadi dia bantuin aku buat promo sampe akhirnya temennya pesen 2 tiket ke aku. Thank you Diani... Mumumuuu


Mbak Mira juga contoh korban yang kepikiran sama nasib gadis manis ini. Bagaimana bisa Mbak Mira tenang jika ada yang sedang mencari secercah harapan di luar sana? Akhirnya secara tiba – tiba yang oh-mak-jebret Mbak Mira pesen 6 tiket ke aku. Thank you qaqa cantiks.


Kalo misalnya ini kita terapin ke masalah cinta, ya, rek. Jumlah aku ngirim sms promosi dan ditolak kira kira ada 30 sms. Anggap itu jumlah berapa kali pembaca punya gebetan. Dan jumlah tiket yang berhasil dijual ada 9 buah anggap sebagai cinta yang diterima. Itu berarti, dari 30 gebetan, kurang lebih ada 9 orang yang nerima kita. Ingat, itu bahkan bisa lebih, atau malah kurang dan jauh dari perkiraan dan mendekati titik nol. 

Who knows?