Bangkitnya Bakat Telepati
Halooo everybody! :D
Pernah tau macamnya orang – orang yang meresahkan masyarakat nggak sih? Yaah, semacam orang gila yang suka ganggu – ganggu penduduk, orang yang punya bakat nyopet, preman pasar..... Pokoknya bikin hidup kita nggak berjalan normal. Bikin kepikiraan..... bahkan sampe ke perasaan.... XD
Nah, salah satu temen gue, namanya kita samarkan menjadi Dani, punya bakat meresahkan masyarakat. Dia emang nggak kayak contoh – contoh orang yang gue sebutin tadi. Pawakannya lugu, kritis, ‘jenaka’, dan gayanya udah kayak Pejabat Kelurahan. Biasa. Pol. Nggak bikin onar sekolahan, kok. Tapi ya itu, bikin resah (?)
Ya ampun, cerita gue semakin ambigu gara – gara 2 kata terakhir di paragraf sebelumnya.
Nah, si Dani ini doyan banget ‘nggarai’ temen – temen satu kelas. Ya, emang gitu wataknya sejak masuk kelas. Dia semacam terobsesi sama Mario Teguh dan Romi Rafael. Hari – harinya selalu diisi sama kalimat – kalimat bijak (padahal menurut gue itu cuma bullshit) dan gaya sotoy yang seolah bilang, “Hei, lihat mata gue. Gue bisa baca pikiran elo.” Alhasil, lahirlah wujud kepribadian macam Dani.
Dulu, gue sering kena ‘ramalan’ sotoynya. Dia seolah – olah tahu siapa yang gue suka, anak mana, kelas berapa, dan lain lain. Awalnya, gue ngerasa panik. Ini orang kenapa, sih? Gue bahkan sempet takut sama si Dani, takut crush gue terbongkar. Sungguh alay masa – masa itu......
Di cerita – cerita sebelumnya, sempet dijelasin kalo gue doyan main yang namanya telepati. Itu semacam... mengendalikan pikiran orang buat ngikuti perintah kita. Orang – orang lho percaya yang begituan, padahal itu cuma main sugesti. Dan entah kenapa seoring berjalannya waktu gue jadi dapet pencerahan, gue udah banyak membohongi orang. Telepati gue itu semu. Dan gue menyadari, kalo ‘ramalan’ si Dani semu juga.
Tahu darimana kalo ramalan si Dani itu semu?
Pertama, si Dani itu cuma suka bikin orang resah, penasaran. Jadi, dia beranggapan kalo tahu sesuatu, padahal enggak. Dia bikin semuanya kayak dia tahu tapi pura – pura nggak mau ngasih tahu. Toh kenyataannya, dia nggak bisa bongkar semuanya karena nggak tahu apa – apa. Dan dia pun lama kelamaan akan diem – diem sendiri. Kalaupun emang beneran tahu, dia nggak akan bocorin. So, buat apa percaya kata – kata Dani yang nggak pernah ada bukti?
Kedua, si Dani ngaku sendiri kalo semua yang dia omongin itu istilahnya ‘lek bener yo sukur, lek salah babah”. Ya, cuma kebetulan. Dan itulah yang gue alami waktu dulu sok – sok an main sugesti. -___-
...
Akhir – akhir ini, ‘jiwa jiwa telepati’ gue muncul lagi. Nggak, ini nggak bohong. Ini terjadi secara alamiah.
Ini terjadi setelah gue dijejeli oleh aroma parfum si Iyo (nama disamarkan) berkali kali, berulang ulang, tanpa ampun. Kan kalo temen gue menghirup parfum Iyo besoknya langsung muntah – muntah. Nah, kalo gue langsung bisa telepati lagi. Bisa peka lagi. Jangan jangan parfum Iyo mengandung zat zat yang bisa mengaktifkan sel – sel telepati... Who knows??
Waktu pelajaran geografi, temen – temen nista gue tiba – tiba ngakak. Gue yang dari tadi sibuk nyatet (ema tumben rajin), sontak ngelihat ke mereka, “Oposeh rek?”
Mereka tak bergeming. Diam. Dan gue nggak mempermasalahkan hal itu. Iyolah, duniamu rek rek...
Tapi tiba – tiba, mata gue ngasal ngeliat rambut si Ucup (nama samaran) yang bergoyang kena kipas angin. Itu memang lawak, tapi gue nggak peduli. Terlintas di pikiran gue, mereka paling ketawa gara – gara rambut ucup. Hmph.
Selang seperempat jam, gue nyoba nanyain lagi ke mereka tentang ngakak tadi. Nggak langsung nanya, sih, gue cuma nyeletuk, “Rambutmu lucu on goyang – goyang kena kipas angin.”
Mereka pun ngakak lagi. Nah.
“Haha iya.. Kayak Ucup itu... Hahaha..” mereka menimpali lagi.
Nah berarti bener. Gue kayak punya feeling gitu tentang apa yang sedang orang lakukan. What a magic. What a logic.
Guru geografi gue membagi satu kelas jadi 6 kelompok. Kebetulan, gue satu kelompok sama Rana (nama samaran), Ucup, El (samaran lagi), dan Dani. Kerja kelompok pun dimulai. Awalnya geje, Dani mulai meracau tentang ramalannya ke Rana, alay. El sibuk sama headset dan musiknya. Ucup yang paling rajin, dia yang ngerjain tugasnya. Gue? Gue jadi pengamat kepribadian.
Sambil sok serius baca, gue denger si Dani yang mulai sotoy. Dia manas – manasin Rana kalo dia tahu siapa yang Rana suka. denger si Dani yang mulai sotoy. Dia manas – manasin Rana kalo dia tahu siapa yang Rana suka. Berhubung gue tahu crush nya Rana, gue mulai usil buat manas manasin Rana, sesekali.
“Aku ngerti, Ran, kon kagum mbek areke,” kata Dani sambil senyum senyum najong. Gue ngakak.
“Apaseh Dan???” ealah, si Rana salting. Gue langsung ngebayangin Rana memuja – muja Joker (crush nya Rana).
“Aku lho eruh, Em, tapi.... nggak wes,” kata Dani kalem. Hmm, kalimat yang biasa orang sotoy katakan. Sok bikin penasaran. Gue kemudian menatap Rana penuh arti.
Tapi Rana malah buang muka. Melamun...
“Eaaaa,” gue menimpali. “Rana menerawang jauh..”
“Rana menerawang jauh...” ulang Dani.
“Sihiy~” kata gue nggoda Rana.
“Sihiy~” ulang Ucup. Gue ngakak. Ucup itu kan suaranya berat. Pas ngomong sihiy, dia nggak agak falset gitu. Jadi, sihiy~ nya pun terdengar macho (?), nggak ketok nggudo -___-
Rana salting, “Apaseh, rek, aku lho nggak ngerti maksud kaliaaan..”
“Coba tatapen matanya si Dani, Ran. Dia lho bisa tahu pikiranmu,” kata gue usil. Gue kan tahu kalo “Dani itu omongan tanpa bukti. Jadi, mustahil Dani tahu siapa yang Rana suka. Wakakakak.
Rana tambah salting. Dia nggak mau tatap – tatapan mata sama Dani. “Emoh ah Dani geje.”
“Kalo kamu nggak mau, berarti ada yang kamu sembunyikan...” kata gue sok bijak. Hey, Dani! Gue udah tahu kartu elo. Gue pegang yang AS. Wakakak.
“Wes wes wes!” Rana mengalihkan pembicaraan dan nunjuk ke gue. “Coba liaten matanya, Dan. Dia suka siapa....”
Karena udah tau rahasia Dani, gue langsung natap dia dengan melotot, setengah nantang. Si Dani malah ngakak, tapi tetep dengan gaya sotoynya, “Aku tahu. Hahahahaha..”
“Siapa siapa?” tanya Rana antusias.
“Aku tahu pokoke....” kata Dani semakin alay. Dan ini makin bikin gue nggak srek liat aktingnya. Hiiyy.
“Wesalah, ssstt,” gue menyudahi kegejean ini. “Dani, hidupmu itu penuh kepura – puraan.”
Ngerasa kalimat tadi jleb banget, air muka Dani berubah. Dia diem bentar. “Hah, iyo. Penuh kepalsuan sakjane.”
“Sakjane cuma kebetulan, kan?” gue menyelidik.
“Iyo, kabeh iku kebetulan...” katanya pelan. “Tapi... hikhikhik aku ngerti sing Rana seneng sopo.” Nah. Mulai lagi si Dani.
Zzziiiiiiiiinnnnnnnnnnnnnnngggggggggggggg..............................
Gue merasa menjadi super bijak. Zat zat reaktif parfum Iyo telah bekerja.
“Udah, rek, ayo kerjain ini,” kata gue.
Nah, si Dani langsung mengomentari Ucup, “Ucup iku rivalku.”
“Hah, opo o?” tanya gue penasaran.
Dan Dani menjelaskan fakta – fakta nggak penting tentang hobi dan gaya hidup masing – masing. Sampai..........
“haha, iyoo..” kata Dani. “Lek Ucup iki durung onok sing pas di hati. Iyo, kan, Cup?”
“Berpikiran jangka panjang jenenge iki,” celetuk Ucup.
“Haha, koyok kon enggak, Dan,” gue sindir tuh si Dani.
“Hmm, iyo aku gawe jangka panjang.”
“Koyok Ucup iku lho ben malem shalat malem. Aku lho isok eruh kon ben dino tahajudan,” kesotoyan gue kambuh. Gue semacam terserang virus Dani-Sotoy-Syndrome.
Eh si Ucup mengiyakan. Nah, itu yang disebut dengan sotoy yang kebetulan.
Beberapa menit kemudian, kami fokus kerja kelompok kecuali si El yang main head set. Tapi emang dasar si Dani nggak bisa diem, ya, dia nyeletuk lagi, “Peta konsepmu imajinatif, yo, Cup.”
“Haha, iki sing ngajari koncoku. Saiki ndek pesantren,” kata Ucup polos. Kalo gue perhatikan, itu peta konsep seperti sulur yang menjalar kian kemari (?). Buat ukuran cowok, gambar kayak gitu itu... langka.
“Ucup iki orange lembek. Gambare garis lengkung – lengkung tok. Nggak teges,” kata gue tiba – tiba, penuh arti. Si Ucup cuma mesem, tapi gue tahu kalo dia sebenrnya bilang.. Jiiaambu.
Beberapa saat kemudian, Ucup buru – buru mengubah sulur – sulurnya jadi gambar ranting yang terlihat lebih kaku dan tegas. Gue reflek bilang, “Nah, kan, begitu disindir gambarnya langsung ditegesin. Berarti kami itu orangnya nggak teguh pendirian.”
“Wuuusss...” si Dani seperti takjub denger perkataan gue. Si Rana masih salting
alay. Si El sibuk sama headset. Kan udah gue bilang, gue tahu kartu AS-nya...
“Dipikir kon kate ngeramal, ta?” tanya Ucup kesal.
“Kon iki instingnya kuat, yo,” kata Dani. Hmph, lo nggak tahu sih... selain gue udah pegang kartu AS-nya, parfum Iyo bikin sel sel telepati gue kembali aktif.
Gue terdiam sesaat. Dipikir – pikir, gue udah mulai lebih ‘peka’ ya, sama hal hal kayak gitu. Bikin orang kesal... ya, hidup orang – orang macam Dani itu penuh kepura – puraan. Gue ngerasa, gue juga.............
Ya, gue udah terlalu banyak berpura - pura.